Teman Terbaik Adalah Buku

Menulis, Bentuk Pengabdianku kepada Tuhan

Desember 16, 2023 By No comments

 





Haeriah Syamsuddin 1/5/2018


Dunia menulis pertama kali kukenal saat kelas lima sekolah dasar. Saat itu, aku

ikut-ikutan teman membuat puisi lalu mengirimkannya ke kantor redaksi sebuah surat

kabar yang cukup terkenal saat itu. Sayangnya, meski tergolong paling rajin menulis,

tak satupun karya puisiku yang dimuat di koran tersebut. Karena bosan dan merasa tak

berbakat, aku pun berhenti menulis puisi.

Aku benar-benar aktif menulis saat masuk perguruan tinggi. Saat itu, aku diterima

di fakultas sastra, sehingga banyak di antara teman-temanku yang juga suka menulis.

Inilah yang membuatku kemudian terpengaruh, dan mulai ikut menulis.

Menulis kulakukan secara otodidak, meski kemudian aku kuliah di fakultas

sastra.Kebisaanku menulis lahir dari dan kegilaanku membaca. Sejak kecil, aku suka

sekali membaca. Baca apa saja, entah itu buku, majalah, koran, bahkan potongan

koran bekas pun tidak akan langsung aku buang melainkan kubaca terlebih dahulu.

Menjadi seorang penulis sangatlah mengasyikkan.Selain aku dapat menyalurkan

hobi menulis, aku juga bisa menjadi tuhan untuk tokoh-tokoh tulisanku.Tentu saja, aku

berhak membuat tokoh apa saja yang kuinginkan. Saat itu, aku sangat produktif

menulis. Bahkan, saking produktifnya, kemampuan menulisku pun semakin terasah.

Aku pun bisa mendapatkan ide dari mana saja. Bahkan, hal yang sangat kecil dan

sepele pun bisa menjadi ide sebuah tulisan. Sayangnya, saat itu, aku menulis hanya

demi kepuasan diri,serta membangun image di- mata orang-orang.

Seiring berjalannya waktu, seirama dengan alunan napas yang menjadi pengukir

usia, aku mulai lebih memperhatikan perhatian dengan urusan agama. Ya, harus jujur

kuakui kalau sebelumnya, aku sangat lalai dengan urusan itu. Bakat menulis yang

diberikan Allah, kupakai untuk menuliskan kisah-kisah roman picisan khas anak muda

kala itu.


Alhamdulillah, di akhir masa kuliah, hidayah Allah dataing menyapa. Akupun

mulai ikut kajian keislaman dan sedikit demi sedikit mulai mempraktikkan apa yang

kudapat dengan amalanm sehari-hari.

Aktivitas baruku ini rupanya berimbas pada kegiatan menulisku. Apalagi, salah

seorang kawan yang mengetahui hobiku tersebut mengatakan kalau sebaiknya aku

berhenti menulis.Tulisanku tidak berfaedah, bahkan dapat menjadi dosa jariyah bila ada

yang terpengaruh dari kisah-kisah percintaan yang banyak kutulis.

Sejak itu aku berhenti menulis. Lalu, aku kemudian menikah dan segera dikarunia

anak. Hidupku pun kuhabiskan di rumah, menjadi ibu rumah tangga biasa dengan

pekerjaan rumah yang rasanya tak pernah habis. Apalagi usia keempat anakku saat itu

sangat berdekatan, dan tak ada asisten rumah tangga yang membantuku untuk

menyelesaikan pekerjaan sehari-hari. Klop sudah, waktuku benar-benar terkuras habis

di rumah.

Suatu ketika, keinginanku untuk kembali menulis sangat kuat. Saat itu anak-anak

sudah besar sehingga aku mempunyai lebih banyak waktu luang. Selain itu, kondisi

juga sangat mendukung karena suami telah memasang wifi di rumah sehingga rasanya

sayanging jika hanya dimanfaatkan untuk bersosial media belaka.

Tentu saja, setelah sekian lama tak mengasah kemampuan menulis, rasanya

sangat kaku saat berada di depan komputer. Namun, tekad yang kuat, membuatku

terus berusaha menulis dan menulis.

Alhamdulillah, aku mendapatkan kembali passion menulisku. Berbekal ilmu

agama yang telah kupelajari, aku pun mengubah genre tulisan kuyang kuhasilkan.

Meski bukan seorang daiyah dan ilmu agamaku juga masih sangat pas-pasan, namun

sebisa mungkin aku menulis yang baik-baik saja.

Berbekal hadits, “Sampaikanlah walau satu ayat”, aku pun memulai lembaran

baru menulisku. Sebisa mungkin tulisanku senantiasa menyampaikan dan

memperlihatkan keindahan agama Islam yang kuanut dan kupercayai sebagai satu-


satunya agama terbaik di muka bumi ini.Aku telah menemukan hidayah Allah, dan aku

ingin hidayah itu juga dirasakan oleh orang lain.

Gayung bersambut. Lewat salah satu agensi naskah, aku berhasil menerbitkan

buku pertamaku. Buku tersebut itu berisi kisah-kisah para sahabat Rasulullah yang

kehidupannya selalu membuatku jatuh cinta. Kemudian lahir kembali lagi buku kedua

yang juga bertema agama Islam. Kali ini tentang amalan-amalan khusus untuk

perempuan. Berikutnya Lalu lahir buku ketiga tentang parenting dan terakhir, buku

keempat yang kembali bertema agama Islam. Kali ini, mengangkat kehidupan

Rasulullah sebagai seorang motivator terbaik di dunia.

Selain buku-buku solo, aku juga menulis untuk buku antologi serta buku seri.

Alhamdulillah, kebanyakan tidak keluar dari tema agama Islam. Inginku, nantinya aku

membentuk branding diriku sebagai penulis buku-buku dengan genre agama Islam.

Alhamdulillah, keinginanku mulai terwujud. Suatu hari, seorang pimpinan redaksi

sebuah majalah dakwah menghubungiku. Beliau meminta kesediaanku menjadi salah

seorang kcontributor tetap untuk majalah yang dikelolanya. Rasanya jangan ditanya,

unbelievable.

Saking tidak percayanya, aku harus memastikan kalau sang pimimpin redaksi

tersebut tidak salah orang. Alhamdulillah, memang tawaran itu diberikan padaku

setelah sekian lama beliau memperhatikan corak tulisanku penulisanku sebelum

memutuskan untuk mengajakku bergabung dalam barisan majalah dakwahnya.

Katanya, tulisanku cocok untuk majalahnya.

Surprise banget rasanya.Saat itu juga aku berjanji untuk semakin memperbaiki

diriidri .Tulisanku adalah cerminan siapa diriku. Kita tak tahu siapa saja yang membaca

tulisan yang telah kita sebarkan ke public. Bila tulisan itu baik maka akan menjadi amal

jariyah bagi penulisnya. Sebaliknya, bila tulisan itu mengajak kepada keburukan dan

kesesatan maka akan menjadi dosa jariyah ketika ada orang-orang yang terpengaruh

untuk melakukan dosa karena tulisan kita.



Karenanya, aku semakin bertekad untuk menulis yang baik-baik saja. Menulis

bukan hanya untuk mengejar materi maupun nama yang melambung. Menulis sebagai

tanda syukur karena Allah telah menganugerahkan kemampuan merangkai kata yang

bisabias dijadikan sebagai senjata menyebarkan kebaikan dan memerangi kebatilan.

Menulis sebagai bentuk pengabdianku kepada Allah, Tuhan semesta alam.

0 Comments:

Posting Komentar